Jakarta - Sejak mendengar kabar sakitnya Asep Rahmat Fajar di ICU, Denny Indrayana sudah khawatir akan kehilangan sahabat terbaik ini. Terlalu banyak kenangan baik yang bisa ditorehkan dalam beberapa kelebat panjang persimpangan pertemuan mereka.
"Saya tidak ingat, kapan pertama kali bertemu Asep yang pasti saya sudah cukup lama mengenalnya. Kemungkinan adalah ketika dia aktif di MaPPI (Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia) Fakultas Hukum UI, di Jakarta; dan saya dan teman-teman Yogya, 30 April 2000, itu artinya perkariban kami nyaris berumur dua dekade," ungkap Denny Indrayana dalam testimoninya kepada Asep Rahmat Fajar, Minggu (26/2/2017).
Menurut Denny, kesamaan perhatian terhadap maraknya praktik mafia peradilan di tanah air menyebabkan dirinya sering bertemu dengan Asep, baik secara fisik maupun melalui pesan di dunia maya. Asep merupakan perpaduan unik antara pemikir yang cerdas, aktivis yang penuh semangat dan pribadi yang menyenangkan. Begitu menurut mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM ini.
"Tidak banyak orang di dunia pembaharuan hukum yang punya pemikiran original, di tengah banyak ahli yang punya pandangan beragam. Asep adalah di antara sedikit orang itu. Setiap kali bertemu dan berdiskusi, selalu ada argumen yang menarik yang ia sampaikan. Terkadang memang tidak selalu baru. Tetapi caranya menyampaikan, caranya mempersuasi, selalu punya daya menyenangkan untuk mendengar dan menyetujui," tutur Denny.
Sebagai aktivis, Asep adalah di antara sedikit orang yang terus konsisten dan persisten menjaga semangat juang untuk legal reform. Asep adalah orang yang mampu menjaga semangat juang untuk terus optimus.
"Berada di dekatnya kita akan merasakan setrum penguat. Dia mampu menjadi semacam charger, sumber semangat untuk terus bergerak mewujudkan hukum yang berkeadilan dan antimafia," kutip Denny.
"Tak pelak jarak memisahkan, kami terakhir bertemu di bandara Yogyakarta. Setelah saya di Melbourne, kami masih kerap berkomunikasi lewat pesan WhatsApp. Dalam ketikan pesannya masih menyiratkan semangat juang khas Asep. Tidak terbayang sobat karib ini akan segera menuju ke haribaanNya," kenang Denny.
"Kang Asep, usiamu masih muda. Tetapi kiprahmu jauh melebihi umur 39 tahunmu. Selamat jalan Kang. Selamat beristirahat di alam keabadian. Doakan kami mampu meneruskan perjuangan pembenahan hukum di tanah air. Till we meet again, Kang. Titip salam rindu buat pemilik Fajar, yang memanggilmu milik-Nya di jelang fajar tadi," pungkas Denny yang kini berada di Melbourne, Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar