Surabaya - Meski tampak tegar, namun mata tua itu terlihat nanar. Kondisinya yang sudah renta hanya bisa membuatnya berdiri sambil memegang nisan makam. Makam ayah yang dulu pernah dikenangnya.
Orang tua itu adalah Piet Cruijen. Nisan yang dipegangnya adalah nisan milik ayahnya, Hendrik Hubertus Cruijen. Hendrik adalah tentara Belanda yang gugur di Indonesia. Jenazahnya dimakamkan di Makam Belanda (Ereveld) Kembang Kuning Surabaya. Hendrik lahir pada 18-3-1900 dan meninggal pada 4-3-1944.
"Ayah saya dulu tentara. Sebelum masuk tentara, dia adalah tukang roti di Belanda," ujar Piet kepada wartawan setelah nyekar ke makam ayahnya, Senin (27/2/2017).
Piet bercerita, ia lahir dari rahim Maria Neyzen, seorang wanita Yogyakarta yang menjadi istri ayahnya. Ia lahir di Bontang, Kalimantan, saat ayahnya bertugas di sana. Piet adalah anak tunggal. Selama di Indonesia, Piet kerap berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya.
"Pernah ke Aceh, Medan, Bandung, Semarang, dan Banjarmasin," kata Piet.
Sayangnya Piet tak mengetahui langsung kabar kematian ayahnya. Saat itu ia sedang berada di Jepang. Saat itu, Piet tergabung ke dalam angkatan perang Belanda.
"Masuk tentara umur 17 tahun. Setelah bertugas di Singapura, dipindah ke Jepang," lanjut Piet.
Ini adalah kunjungan Piet untuk kesekian kalinya. Piet ke Kembang Kuning tidak sendiri. Ia datang bersama empat anaknya Hans, Humphrey, William, dan Dennis. Selain Humphrey, tiga anak Piet yang lain belum pernah mengunjungi makam kakeknya.
"Baru pertama kali ini ke Surabaya. Ayah tak bercerita banyak tentang kakek, jadi pingin tahu sendiri makam kakek," ujar Dennis, anak bungsu Piet.
Turun dari kursi roda, Piet dipapah anaknya menuju makam ayahnya. Dia tak bisa bersimpuh. Piet hanya memegang nisan kayu makam ayahnya. Tugas anaknyalah yang menaburkan bunga dan memberi buket bunga di dekat nisan. Tak lupa sebuah foto Hendrik dalam frame kecil diletakkan pula di sana.
"Ini (makam) bapak saya," serunya kepada wartawan.
Saat ditanya bagaimana kesan dia dalam kunjungannya kali ini, Piet tak bisa menjelaskannya. "Saya tidk bisa ngomong," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar