Jakarta - Asep Rahmat Fajar, nama itu mungkin tak asing lagi bagi pegiat hukum maupun aktivis antikorupsi. Semasa hidup, mantan Juru Bicara Komisi Yudisial (KY) ini dikenal berintegritas dan supel.
Hal itulah yang dikenang para sahabat dan koleganya, setelah Asep purnatugas dan berpulang ke surga-Nya. Asep selalu gundah dengan kondisi 'rule of law' negeri ini. Hal itu pula yang selalu diingat para sahabat dan kolega akan mimpi Asep untuk mewujudkan peradilan bersih di Indonesia.
"Tidak ada yang mengira dan menyangka, hampir semua sahabat terdekatnya, berguman lirih 'kenapa begitu cepat, kenapa mesti Asep, wuih, aku hampir nggak percaya deh,'. Ada banyak pernyataan lain dan 'celoteh' diajukan tapi jika ketetapan Robbi telah datang, tidak akan yang dapat menghadang, kendati engkau menghardik dan meradang atau sembunyi ditengah lautan padang ilalang dan kepekatan rimba belantara," kutip testimoni Bambang Widjojanto dalam buku memori Asep Rahmat, Minggu (26/2/2017).
Bambang Widjojanto atau BW tak dapat melupakan bagaimana giatnya Asep dalam menempatkan dirinya agar bekerja untuk kepentingan rakyat. Namun kenangan kecil yang masih terus diingat oleh BW ketika, dirinya diminta Asep untuk menjadi saksi dalam pernikahannya.
"Kala itu, secara tiba-tiba dan mengejutkan Asep menyatakan 'Mas BW mau minta tolong banget, mohon bersedia untuk dapat menjadi saksi pernikahan saya'. Aku langsung menjawab 'sobat, apa antum enggak salah, ada begitu banyak sohib dan senior lainnya,' aku langung menyebut nama beberapa senior'. Asep menjawab 'tidak mas, saya ingin Mas BW," tutur BW.
Dalam dua kali kesempatan berdiskusi dengan Asep, BW merasa berbagai ide dan gagasan yang selalu berkembang. Tak hanya sekedar berbalas chat di jejaring Whatsapp (WA), tapi juga dalam forum diskusi.
Ada pun hal penting yang dikenang BW akan sosok Asep, yaitu sikap untuk 'memberi dan memberi'."Ketika dia mendapat, dia juga mentransformasikannya agar dapat tetap memberi dan seseorang yang pada dirinya ada kegairahan untuk memberi dan hanya untuk kepentingan perbaikan maka kemuliaanlah yang akan menjadi kompensasinya," ungkap BW.
Setidaknya ada 3 (tiga) rekomendasi dapat dirangkum BW dari hasil diskusi formal maupun informal dengan almarhum Asep. Pertama, pelibatan partisipasi publik menjadi bagian sangat penting untuk memastikan keberhasilan dari suatu program. Di mana kami meyakini, tidak akan mungkin suatu program dapat berhasil diwujudkan jika tidak secara sungguh-sungguh dan sistematis melibatkan partisipasi publik.
"Kedua, komunikasi dan kordinasi diantara orang-orang baik yang masih menyimpan optimisme dan harapan harus selalu dilakukan. Ketiga, ada spirit dasar yang menjadi pedoman dalam berkomunikasi yang tidak boleh diabaikan dan harus didasarkan atas kejujuran, bukan sekedar untuk dimanfaatkan dalam mengejar tujuan praktis dan pragmatis," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar