Bukares - Meski pemerintah Rumania telah membatalkan dekrit yang prokoruptor, namun rakyat Rumania tetap berada di jalan untuk menggelar demonstrasi besar-besaran. Demo itu adalah yang terbesar setelah pelengseran diktator Nicolae Ceausescu pada 1989.
Dilansir BBC, Senin (6/2/2017), pemerintah berharap dengan dibatalkannya dekrit itu, massa akan mereda. Namun kerumunan massa tetap bertahan karena tidak percaya begitu saja dengan janji-janji pemerintah.
Mereka khawatir aturan baru, yang dijanjikan Perdana Menteri Sorin Grindeanu untuk membatalkan dekrit itu, berisi beberapa hal yang sama dengan dekrit itu tetapi beda bentuknya.Dekrit itu disebutnya bisa mendekriminalisasi sejumlah dugaan korupsi yang dikatakan pemerintah sebagai pertaruhan meredakan tekanan terkait sistem penjara. Dekrit itu dipandang sebagai langkah mundur terbesar dalam hal reformasi, sejak Rumania bergabung dengan Uni Eropa pada 2007.
Dekrit itu akan membebaskan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan senilai total USD 48 ribu dari proses hukum. Dengan kata lain, dekrit itu bakal melindungi ratusan pejabat dari hukum.
Itu bisa mengakhiri penuntutan kepala partai yang sedang berkuasa, Sosial Demokrat, yakni Liviu Dragnea. Sosok ini dipandang sebagai penguasa yang sebenarnya di balik Grindeanu yang baru menjabat sebulan.
Dragnea didakwa menggunakan pengaruh politiknya untuk mengamankan gaji negara untuk dua orang kadernya pada 2006 dan 2013. Namun dia membantah dakwaan itu.
Sembilan negara Barat yang punya kuasa, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, menyatakan mereka menaruh perhatian terhadap dinamika ini. Situasi ini bisa memperburuk kemitraan Rumania dengan Uni Eropa dan NATO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar