Dennis Wise, Gianfranco Zola, Marcel Desailly, hingga Ruud Gullit adalah pemain-pemain Chelsea yang tersohor satu dekade lalu. Kemudian nama-nama Didier Drogba, John Terry, atau yang paling terbaru seperti Eden Hazard dan Diego Costa, begitu dielu-elukan. Namun, The Blues tidaklah lengkap tanpa seseorang yang identik dengan nomor 8.
Dialah Frank James Lampard Junior atau yang lebih dikenal dengan nama Frank Lampard. Bahkan, ketika dia pindah ke Manchester City dan mencetak gol penyama kedudukan saat melawan Chelsea (21 September 2014 di Etihad Stadium), fans Chelsea memakluminya karena itu semata profesionalitas. Mereka yang hadir di stadion tetap memberi standing ovation dan menyanyikan chant 'Super Frankie Lampard'. Tidak ada yang mengutuknya. Lampard hanya melakukan pekerjaan pesepakbola pada umumnya, mencetak gol -- bedanya saat itu tanpa selebrasi seraya memasang muka sedih.
"In a million years I wouldn't celebrate if I scored against Chelsea. I used to celebrate when I scored against West Ham but that was a different situation but against Chelsea? Never. I swear to GOD if I go to Bridge and they boo me for 90 mins and I score the winner I still wouldn't celebrate. I will always be a Chelsea man. This (Manchester City) is more of a stopover period," kata Lampard mengenai gol tersebut.
Ia bersumpah takkan pernah merayakan jika menjebol gawang Chelsea, sekalipun gol itu jadi penentu kemenangan. Ia selalu akan jadi pemain Chelsea.
Foto: REUTERS
|
Bicara soal gol, posisi Lampard sebenarnya bukan penyerang. Ia berperan sebagai midfielder dan tugas utamanya adalah sebagai pengatur permainan. Maka jelas sedemikian luar biasa ketika pria kelahiran 20 Juni ini hadir menjadi topskorer sepanjang masa Chelsea dengan 211 gol yang ia buat pada periode 2001–2014.
Ketika Chelsea mengunci gelar juara Premier League di Reebok Stadium pada 2005, Lampard-lah sang penentu kemenangan. Membuat brace, membuat warga London Barat bergerumuh, membuat Chelsea kembali mengangkat piala Premier League setelah 50 tahun!
Foto: Michael Steele/Getty Images
|
Gol-gol Frank Lampard tidak pernah bosan untuk ditonton. Lihatlah bagaimana dia mencungkil bola dari posisi yang nyaris sejajar dengan gawangnya Victor Valdes. Atau, saat mencetak gol penentu Final Piala FA lawan Everton; kaki kirinya terpeleset tapi segera bangkit dan menendang bola dengan kaki yang sama.
Soal assist, tak usah ditanya. Tak akan datang piala Liga Champions 2011-12 jika dirinya tidak memberikan umpan terobosan kepada Ramires di Camp Nou pada fase semifinal yang berjalan superketat -- Chelsea akhirnya menjadi kampiun berkat kemenangan adu penalti atas Bayern Munich di partai final. Drogba yang mencetak gol kemenangan pada dua final Piala FA juga tak lepas dari ampuhnya kaki Lampard.
Kembali soal gol, Lampard juga mendapatkan sesuatu yang unik sebagai pengakuan. Di tahun 2016, Lampard diganjar rekor dari Guiness World of Records sebagai 'pemain yang paling banyak membobol gawang tim-tim lawan di Liga Inggris'. Lampard telah mencetak gol ke-39 klub di Inggris!
Foto: Guinness World Records
|
Bicara rekor lain, dialah pencetak gol terbanyak dari luar kotak penalti di Liga Inggris sebanyak 41 gol. Bagi timnas Inggris, dialah pencetak gol terbanyak dari titik putih dengan 9 gol.
Performanya di lapangan pun jauh dari kontroversi.
Ada satu momen menarik ketika laga melawan Manchester United di Old Traffod. Lampard mencuri bola dari Cristiano Ronaldo, yang mana pria Portugal itu langsung merespons dan merebut kembali dengan tekel dari belakang dengan cepat. Tekelnya justru kena kaki Lampard dan membuat Lampard terjatuh.
Alih-alih mengumpat marah Lampard ketika itu segera bangkit dan seolah berkata kepada wasit 'it's ok'. Padahal kalau meringis kesakitan, atau terus berguling-gulingan di lapangan, bisa saja wasit terpengaruh dan memberi kartu kuning kedua pada Ronaldo. Tapi itu bukan sikap seorang gantlemen.
Piawai di lapangan, Lampard juga tetap membumi di dunia luar sepakbola. Kehidupan pribadinya jauh dari gosip miring. Dia hidup harmonis dengan belahan hatinya, Christine Bleakley. Mereka dikaruniai dua malaikat kecil, Isla dan Luna.
Pun begitu, Lampard bukanlah titisan Dewa nan sakti mandraguna. Dia mengajarkan bagaimana menjadi pemain bola yang hebat dengan bekerja keras. Dia selalu berlatih sendiri ketika sesi latihan selesai, mengasah terus kemampuan mengolah si kulit bundar. Sampai-sampai, petugas harus mengusirnya agar pulang -- begitu kata Zola pada satu waktu.
Dan selayaknya manusia biasa, Lampard juga punya duka. Tahun 2008, misalnya, ketika Pat Lampard, ibunya tercinta, meninggal dunia. Begitu menceploskan gol dari titik putih lawan Liverpool di semifinal Liga Champions, dia melepas ban hitam di tangan kiri, berlari ke ujung lapangan, berlutut, dan menciumnya penuh khidmat. Saking larutnya Lampard dalam lautan emosi, Drogba dan Ricardo Carvalho sampai harus membopongnya untuk bangkit lagi. Gol yang sangat emosional dan Lampard amat sulit menyembunyikan kesedihan.
Foto: Mike Hewitt/Getty Images
|
13 Tahun karirnya di Chelsea, satu artikel ini tidak akan cukup memuji Frank Lampard. 13 Piala yang diraihnya dari Premier League sampai Liga Champions pun begitu banyak menyimpan memori yang indah.
2 Februari 2017 kemarin, Lampard sudah menutup lembar kehidupannya sebagai pesepakbola saat usianya mencapai 38 tahun. Maaf-maaf saja buat West Ham United, Manchester City, dan New York City, tapi Lampard adalah legenda kami, Chelsea.
Terima kasih atas apa yang sudah kau berikan bagi Chelsea, Frank Lampard. Kamu pantas menjadi yang terbaik untuk The Blues. Kau membuat kami lupa daratan, bahwa kami bisa membusungkan dada menyebut namamu sebagai pemain terbaik dunia, walau kau tidak pernah memenangi Ballon d'Or. Tidak perlu pula embel-embel 'one club man'.
Foto: AFP PHOTO / Adrian Dennis
|
"This club becomes you. Once you've played for it, you're always welcomed back for the rest of your life, so you become Chelsea and it becomes you," kata Lampard.
Kami cinta kamu Frank Lampard.
Super..
Super Frank
Super..
Super Frank
Super..
Super Frank
Super Frankie Lampard!
Foto: Clive Rose/Getty Images
|
=======
* Penulis adalah Wakil Redaktur Pelaksana detikTravel di detikcom. Seorang penggemar Chelsea yang bermimpi suatu hari nanti akan menginjak lapangan Stamford Bridge. Memiliki akun Instagram @afifakashiro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar