Taheran -
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump ke-7 negara yang berpenduduk mayoritas Islam sebagai hadiah yang besar bagi kelompok ekstrimis. Kebijakan ini akan dijadikan propaganda untuk melakukan perekrutan anggota.
"#MuslimBan akan mencatat ini dalam sejarah sebagai 'hadiah' besar untuk ekstremis dan pendukung mereka," kata Zarif seperti diberitakan AFP, Minggu (29/1/2017).
"Diskriminasi yang Kolektif membantu perekrutan teroris dan dimanfaatkan oleh demagog ekstrimis untuk memperbesar barisan mereka," sambungnya.
Pada Jumat (27/1) lalu, Trump menandatangani kebijakan untuk menunda penerimaan pengungsi dan penerbitan visa AS dari 7 negara seperti Iran, Irak, Somalia, Sudan, Suriah, Yaman.
Kementerian Luar Negeri Iran sebelumnya telah merilis pernyataan yang mengatakan akan membalas dengan larangan Amerika untuk memasuki negaranya. Tetapi Zarif menambahkan, pembatasan itu tidak akan berlaku surut bagi orang-orang Amerika Serikat (AS) yang telah memiliki visa resmi.
"Tidak seperti AS, keputusan kami tidak berlaku surut. Semua dengan visa Iran valid akan disambut dengan senang hati," tulisnya.
Diperkirakan ada sekitar 1 juta orang Iran yang tinggal di AS, pembatasan perjalanan ini akan menimbulkan kekacuan perjalanan bagi mahasiswa, pengusaha, dan keluarga antar kedua negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar