Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng Fortum
Finlandia untuk membangun pengolahan sampah atau Intermediate Treatment
Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara. Untuk mengatasi sampah ibu
kota, ITF akan menggunakan teknologi Incineration.
"Teknologi
yang dipakai Incineration," Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa
Adji di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016).
Teknologi
incineration adalah teknik pengolahan sampah dengan dibakar menggunakan
bahan organik temperatur tinggi. Abu dan gas hasil pembakaran sampah
akan diubah menjadi energi pembangkit listrik
Incineration
-Insinerasi dalam bahasa Indonesia- adalah salah satu teknologi mengubah
sampah menjadi energi pembangkit Tenaga listrik. Adapun teknologi
lainnya diantaranya gasifikasi, pirolisis dan fermentasi anaerobik.
Sebelum
memilih teknologi incineration, Isnawa menuturkan, banyak yang
menawarkan solusi mengatasi sampah. Namun, ia memilih teknologi yang
sudah teruji karena akan digunakan dalam jangka panjang.
"Banyak
yang menawarkan teknologi ke Dinas Kebersihan, kita takut karena belum
di berbagai negara. Saya takut ini project 20 tahun. Asal teknologi,
baru 2 - 3 tahun error. Berbahaya kita enggak mau sembarangan. Kita
harus memilih terbaik," tutur Isnawa.
Teknologi Insinerasi sudah
terbukti negara-negara maju untuk mengolah sampah menjadi energi. Negara
yang menggunakan antara lain Jepang, Denmark, Jerman, Perancis dan
negara Eropa lainnya
Presiden Direktur PT Jakarta Propertindo,
Satya Heragandhi menuturkan, pengolahan sampah tersebut diproyeksikan
mampu menghasilkan listrik 40 Megawatt (MW). Proyek tersebut dikerjakan
atas joint venture JakPro dan Fortum Finland.
"Selain pengolahan
sampah, ITF Sunter ini mampu menghasilkan energi listrik dengan
kapasitas sebesar 40 MW. Pengolahan sampah dalam kota Jakarta ini
menelan investasi 220 juta dollar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Kami
bangun dengan pola investasi BOT (Built Operated Transfer) selama 25
tahun," tutur Satya.
Seperti diketahui, ITF Sunter akan dibangun
di atas lahan 5,5 hektar dengan nilai investasi Rp 3 triliun.
Pembangunan ITF akan berlangsung selama 28 bulan dan akan dioperasikan
di 2019. Bukan hanya di Sunter, ITF juga dibangun di lima kawasan
berbeda antara lain di Marunda Cilincing, Cakung, Rorotan dan Kamal
Muara. Namun, proyek di kelima wilayah tersebut akan dikerjakan investor
swasta lainnya.
Bangun ITF di Sunter, Pemprov DKI Jamin Pemulung Tidak akan Hilang Pekerjaan
Kepala
Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, proyek tersebut
sedikit memberi dampak kepada pemulung di Bantargebang, Bekasi, Jabar.
Salah satu dampaknya adalah jika ITF ini jadi maka sampah dari DKI tidak
akan sampai lagi ke Bantargebang. Isnawa pun mengatakan pemulung harus
menyadari perubahan tersebut.
"Masuk ke ITF, Pemulung harus
menyadari ini penanganan kota. Enggak mungkin mempertahankan sampah yang
berantakan diambil pemulung," kata Isnawa di Balai Kota, Jl Merdeka
Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016).
Saat ini, Isnawa mengatakan, pemerintah DKI Jakarta mengcover jaminan kesehatan 7 ribu pemulung di Bantargebang.
"Sampah
harus masuk ke ITF. Ya sekali lagi, kita juga harus menghitung
(Pemasukan Anggaran Daerah) PAD DKI. Kalau banyak kan, pembiayaan
lainnya kita harus menghitung dulu PAD DKI. Kita kan enggak tahu," kata
Isnawa.
"Kalau di Bantargebang kan 6 ribu sampai 7 ribu kita
mengcover BPJS kesehatan dan ketenagakerjaannya (pemulung). Kita baru
bisa memberikan BPJS untuk pemulung yang di Bantargebang," imbuhnya.
Di
tempat yang sama, Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, mengatakan,
adanya pemulung sangat membantu mengatasi sampah ibu kota. Pemulung di
Jakarta akan tetap diberdayakan untuk memilah sampah di ibu kota.
"Peran
pemulung, sangat membantu kita kok dalam memilah sampah, mengurangi
sampah. Ya pasti otomatis akan diberdayakan di daerah daerah
Bantargebang pasti otomatis enggak mungkin kan dibiarkan mereka
kehilangan pekerjaan," tutur Sumarsono.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar