Selasa, 27 Desember 2016

Peringati Haul ke-7, Cak Imin Mengenang 6 Pelajaran dari Gus Dur

MENU
FokusTerpopulerPilkada DKIIndeks

Home / detikNews / Berita
Selasa 27 Dec 2016, 17:59 WIB
Peringati Haul ke-7, Cak Imin Mengenang 6 Pelajaran dari Gus Dur
Galang Aji Putro - detikNews

Foto: Galang Aji Putro/detikcom
Jakarta - DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyelenggarakan Tahlil dan Manaqib Gus Dur. Acara tersebut diselenggarakan untuk memperingati hari ulang tahun ke-7 meninggalnya KH Abdurrahman Wahid.

Acara yang diselenggarakan di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa (27/12/2016) ini diisi dengan doa bersama dan pembacaan riwayat hidup KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur. Tampak beberapa tokoh yang hadir, antara lain Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, Rizal Ramli, pelawak Kirun, Ki Enthus Susmono, Nursyahbani Katjasungkana, Maha Bhiksu Dutavira Stavira, dan Marwan Jafar.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyebut ada 6 pelajaran yang didapat selama mengikuti Gus Dur.

"Ada 6 hal yang diajarkan Gus Dur, yaitu ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kebersamaan, silaturahmi dan komunikasi, serta perdamaian," ujar Cak Imin.

"Banyak pelajaran yang kita pelajari salah satunya ketauhidan. Ketauhidan Gus Dur di atas levelnya, istilahnya tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih. Jika mita tanya manusia siapa yang pernah paling menderita ya Nabi Muhammad, yang lahir sudah yatim dan mendapat banyak gangguan. Gus Dur juga waktu zaman Orba sama sampai mau ziarah ke makam ayahnya di Jombang enggak bisa, ditutup itu mau ke makam ayahnya," imbuhnya.

Sementara itu, Nursyahbani Katjasungkana mengungkapkan, dirinya mengenal Gus Dur melalui tulisan-tulisan beliau. Tulisan itu pun menjadi bahan diskusi.

"Saya tahu Gus Dur sejak saya masih mahasiswa. Saya baca-baca media massa, ada tulisan beliau. Kemudian, saya diskusi dengan kakak saya, dia bilang kalau pemikiran Gus Dur ini bagus dan akan menjadi presiden pada masa yang akan datang," ujar Nursyahbani.

Ki Enthus Susmono tampil beda dibanding tokoh lain. Dia bercerita menggunakan media wayang golek. Menurutnya, Gus Dur seperti halnya sebuah samudera.

"Gus Dur itu seperti segara, seperti samudera. Apa saja yang kotor tidak akan bisa mengotori samudera, tidak bisa mengotori Gus Dur. Ya karena yang kotor, pasti langsung disingkirkan oleh Gus Dur," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar