Di posko pengungsian korban gempa, Meureudu, Aceh, Minggu (19/12/2016) anak-anak tetap semangat dan ceria. Mereka bernyanyi dan belajar bersama di posko pengungsian.
Mereka berkumpul bersama pembimbing dari tim Kementerian Sosial di posko Meureudu. Mereka bernyanyi bersama dengan suara ceria khas bocah.
"Kalau ada gempa, masuk kolong meja. Kalau ada gempa, jauhilah kaca. Kalau ada gempa, larilah ke lapangan," dendang anak-anak bersama-sama dengan ceria.
Selain nyanyian gempa, ada pula lagu kupu-kupu yang menjadi dendang ceria anak-anak di posko pengungsian.
"Lima jari tangan kananku, lima jari tangan kiriku. Ku gabung jadi satu, semuanya sepuluh. Jadilah kupu-kupu," lantun anak-anak.
Salah satu yang menjadi korban, Syifa (10) anak perempuan yang masih sekolah di tingkat dasar. Rumah orang tuanya hancur di bagian belakang diguncang gempa namun masih tetap ceria dan semangat di tempat pengungsian.
"Aku Syifa, kelas enam. Rumahku di samping masjid ada lorong. Rusak bagian belakangnya," tutur Syifa.
Maura, salah satu relawan dari tim Kementerian Sosial mengaku sudah bersama anak-anak sejak awal terjadi gempa. Wanita asal Lhokseumawe ini bersama tim dinas sosial lainnya memberikan terapi untuk membangkitkan semangat anak-anak korban pasca diguncang gempa di Pidie dan Bireun.
"Ini kita melakukan layanan dukungan psikososial. Psikososial ini kita mencoba kembali membangkitkan psikologis dari anak-anak di sini dengan memberdayakan lingkungan yang disekitarnya," jelas Maura.
"Kita mencoba meningkatkannya dengan bermain, mengadakan grup terapi. Terhadap orang tuanya juga," imbuhnya.
Di posko, anak-anak Meureudu tinggal bersama 250 kepala keluarga lainnya. Mereka diberi terapi psikososial bersama teman-temannya. Posko Meureudu meruapak salah satu dari tujuh posko di Pidie Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar