Jakarta - Kini takmir Masjid Babus Salam di Lawang, Kabupaten Malang, bernama Miftahul Arifin (63) telah wafat. Keluarga, bahkan masyarakat sekitar, turut kehilangan sosok Abah Miftah. Dia dikenal sebagai haji yang hidup sederhana.
Rendah hati serta ringan tangan. Begitulah figur yang melekat pada Abah Miftah, yang meninggal dunia dalam kondisi sujud saat menunaikan salat sunah bakda isya di Masjid Babus Salam, Selasa (3/1) kemarin.
Keseharian Miftah banyak dihabiskan di kediamannya serta beribadah di masjid. Abah Miftah juga dikenal sebagai pedagang kambing. Bila ada warga meninggal, biasanya Abah Miftah selalu datang mengawali prosesi pemulasaraan jenazah.
"Beliau orangnya baik, selalu memandikan jenazah ketika ada warga meninggal," ujar Hanafi, ketua RW setempat, saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, Jumat (6/1/2017).
Foto: Abah Miftah meninggal saat sujud (Screenshot video yang viral di YouTube)
Banyak warga yang kagum terhadap kealiman serta kesederhanaan Miftah. Kondisi meninggal Abah Miftah dalam posisi sujud diyakini warga karena kebajikannya.
"Orangnya alim," sebut Hanafi.
Masjid Jami Babus Salam dibangun tidak lain juga karena peran kakek buyut Abah Miftah. Sampai Abah Miftah mengembuskan napas terakhir, masjid itu menjadi tempatnya beribadah salat fardu.
"Mulai kakeknya memang rajin ke masjid. Orangnya tidak aneh-aneh meskipun sudah haji dua kali," ungkap Hanafi.
Hanafi tidak memungkiri banyak komentar di media sosial soal kondisi meninggalnya Abah Miftah. Baik-buruk pandangan orang akan pasti terjadi. Menurut dia, keseharian Abah Miftah bisa menjadi pelajaran berharga.
"Jangan sampai menimbulkan fitnah. Meninggal dalam kondisi seperti itu, kami menganggap justru baik karena kealiman beliau," tutur Hanafi.
Abah Miftah meninggal saat sujud (Screenshot video yang viral di YouTube)
Keluarga sendiri kurang berkenan jika kematian Abah Miftah menjadi konsumsi publik berlebihan. Mereka khawatir akan timbul banyak fitnah yang justru akan memengaruhi kesempurnaan akhir hayat Abah Miftah.
"Mohon maaf kami sampaikan sebelumnya. Kami memandang abah (Miftah) wafat sempurna. Jangan sampai arwah sudah tenang justru terganggu karena fitnah. Abah mengajarkan kepada kami untuk tetap rendah hati dan peduli sesama," kata Arif, putra kedua Abah Miftah saat ditemui detikcom di rumah duka.
Karena sudah menjadi kesepakatan keluarga, Arif tidak berkenan untuk menceritakan kepribadian sosok ayahandanya. "Mohon maaf sebelumnya," ucapnya.
Suasana duka masih menyelimuti kediaman Abah Miftah. Pelayat banyak berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar