Moskow - Media nasional Rusia menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump jauh lebih berbahaya daripada pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un. Komentar ini berbeda drastis dengan pujian yang dilontarkan saat Trump memenangkan pilpres AS, tahun lalu.
Baru-baru ini, Trump memutuskan untuk melancarkan serangan rudal ke Suriah, sekutu Rusia, lalu menjatuhkan bom besar terhadap posisi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Afghanistan, dan menjalankan kebijakan era Presiden Barack Obama terhadap Crimea. Ini berarti harapan Rusia agar Trump menjalin hubungan baik dengan pihaknya belum akan terwujud.
Retorika keras Trump terhadap Korut dan keputusannya mengerahkan kapal induk AS, USS Carl Vinson, yang memiliki pasukan serbu ke dekat Semanjung Korea semakin menguburkan harapan Rusia agar Trump tidak banyak mengintervensi urusan luar negeri.
Baca juga: Menlu Rusia Peringatkan AS Tak Menyerang Korut Secara Sepihak
Seperti dilansir Reuters, Selasa (18/4/2017), kritikan terhadap Trump disampaikan Dmitry Kiselyov, penyiar berita acara televisi mingguan 'Vesti Nedeli' pada saluran televisi nasional Rossiya 1. Kiselyov selama ini dikenal sebagai presenter pro-Kremlin, istana kepresidenan Rusia. Sebelumnya dia banyak memuji Trump atas 'independensinya' dari elite politik AS.
Kritikan untuk Trump ini disampaikan Kiselyov dalam siaran pertamanya sejak Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berkunjung ke Moskow, pekan lalu. Televisi nasional di Rusia bagaikan 'panduan' untuk publik. "Dunia ini hanya berjarak setipis rambut dari perang nuklir," sebut Kiselyov.
"Perang bisa saja pecah sebagai dampak konfrontasi antara dua kepribadian; Donald Trump dan Kim Jong-Un. Keduanya sama-sama berbahaya, tapi siapa yang lebih berbahaya? Trump tentu saja," tegasnya.
Baca juga: Ketegangan Korea Meningkat, Korut Abaikan Diplomat Senior China
Lebih lanjut, Kiselyov menyebut Trump 'lebih impulsif dan lebih tidak bisa ditebak' jika dibandingkan Kim Jong-Un. Tidak hanya itu, dia juga menyebut kedua tokoh dunia itu sama-sama memiliki sifat negatif.
"Pengalaman internasional terbatas, tidak bisa ditebak dan kesiapan untuk berperang," sebutnya.
Secara terpisah, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, enggan mengomentari saat ditanya apakah pandangan Kiselyov ini sejalan dengan pandangan Kremlin soal Trump saat ini. Namun Peskov menyebut opini Kiselyov tidak selalu sama dengan posisi resmi Kremlin. "Posisinya dekat, tapi tidak setiap waktu," terang Peskov, merujuk pada pandangan Kiselyov dengan kremlin.
Baca juga: Ini Pesan Singkat Trump untuk Kim Jong-Un
Terlepas dari itu, Reuters menyebut, fakta bahwa Kiselyov diberi kebebasan untuk mengungkapkan retorika keras soal Trump kemungkinan besar merefleksikan seberapa dalam kemarahan Kremlin pada Trump yang sebelumnya menyatakan akan menjalin hubungan baik dengan Rusia.
Menurut Kiselyov, Kim Jong-Un tidak terlalu menakutkan jika dibandingkan Trump. Kim Jong-Un, sebutnya, siap berdialog dan bukannya langsung menyerang negara lain serta mengerahkan kapal induk seperti AS.
"Dia (Kim Jong-Un) selalu ada di wilayahnya. Dia tidak berencana menyerang orang lain," ucapnya, yang memimpin sentimen anti-AS semasa Presiden Obama berkuasa. Kiselyov juga pernah menyebut Rusia bisa menjadikan AS menjadi abu radioaktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar