Jakarta - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri berpidato dalam peringatan Konferensi Asia Afrika di Istana Negara. Dalam pidatonya, Megawati mengutip pidato yang disampaikan Presiden pertama RI Soekarno.
Pidato yang dikutip tersebut disampaikan Bung Karno saat KAA pertama kali diselenggarakan pada 18 April 1955, yakni 62 tahun silam. Megawati mengatakan, hanya sebagian saja yang diambil, yang dinilai masih relevan dengan situasi kebangsaan saat ini.
"Pada kesempatan yang sangat berharga ini, izinkan saya untuk menyampaikan kembali kutipan pidato Bung Karno yang disampaikan beliau pada pembukaan Konferensi Asia-Afrika tersebut. Tidak semuanya, hanya merupakan bagian-bagian yang menurut saya masih sangat relevan untuk kita pikirkan," kata Megawati di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (18/4/2017).
Berikut pidato Megawati yang dikutip Megawati:
Siapa yang membantahnya adanya sifat yang berlainan di antara kita? Negeri-negeri kecil dan besar mengirimkan wakilnya ke mari. Negeri-negeri yang rakyatnya memeluk hampir semua agama yang ada di kolong langit ini. Agama Buddha, Islam, Kristen, Konghucu, Hindu, Jainisme, agama Said, Zoroaster, Shinto dan masih banyak lainnya. Hampir segala paham politik kita jumpai di sini, demokrasi monarki, teokrasi dalam berbagai bentuk yang berbeda dan praktis. Semua ajaran ekonomi ada wakilnya di gedung ini, marhaenisme, sosialisme, kapitalisme, komunisme, dalam segala variasi dan kombinasi yang aneka warna. Tetapi, apa salahnya ada perbedaan-perbedaan asal ada persatuan dalam cita-cita.
Dalam konferensi ini kita tak hendak saling menantang. Ini adalah sebuah konferensi persaudaraan, ini bukan konferensi Islam, bukan konferensi Kristen, dan bukan pula konferensi agama Buddha. Ini bukan pula pertemuan Bangsa Melayu atau Bangsa Arab ataupun bangsa-bangsa Indo-Arya.
Konferensi inipun bukan perkumpulan yang menyendiri, bukan suatu blok yang hendak menentang blok yang lain. Konferensi ini adalah suatu badan yang berpendirian luas dan toleran, yang berusaha memberi kesan kepada dunia bahwa semua orang dan semua negeri berhak mempunyai tempat berdiri sendiri di kolong langit ini.
Memberi kesan kepada dunia bahwa adalah mungkin orang hidup bersama, saling bertemu, bicara antara yang satu dengan yang lain dengan tidak kehilangan sifat kepribadiannya. Namun memberi sumbangan ke arah saling mengerti yang luas dalam soal-soal yang merupakan kepentingan bersama.
Serta pula mengembangkan kesadaran yang sejati mengenai sifat saling bergantung antar manusi-manusia dan bangsa-bangsa untuk keselamatannya, dan agar dapat mempertahankan hidupnya di dunia ini.
Saya tahu bahwa di Asia dan Afrika terdapat perbedaan agama, keyakinan, dan kepercayaan lebih banyak daripada di benua-benua lainnya di dunia ini. Tetapi Bukankah itu sudah sewajarnya? Asia dan Afrika semenjak purbakala adalah tempat kelahiran keyakinan-keyakinan dan cita-cita yang kini tersebar di seluruh dunia. Oleh sebab itu layaklah bagi kita untuk mengusahakan bahwa prinsip yang biasa disebut prinsip hidup dan membiarkan hidup, akan kita utamakan dan kita amalkan sesempurna-sempurnanya di dalam kalangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika sendiri.
Agama mempunyai kedudukan yang sangat penting, teristimewa di bagian dunia kita ini. Agaknya di sini terdapat lebih banyak agama daripada di wilayah lain di muka bumi ini. Tetapi sekali lagi, negeri-negeri kita adalah tempat kelahiran agama-agama. Tiap-tiap agama mempunyai sejarahnya sendiri, sifat keistimewaannya sendiri, 'raising dep troi' sendiri, kebanggaan istimewa dalam keimanan yang sendiri misalnya, sendiri, misinya sendiri, kebenaran-kebenaran khusus yang hendak disiar-siarkan.
Tetapi, kalau kita tidak menyadari bahwa semua agama besar adalah sama dalam pesannya untuk mengutamakan toleransi, dan dalam anjurannya untuk mengamalkan prinsip hidup dan membiarkan hidup. Kalau para pengamat setiap agama tidak siap sedia untuk dengan cara yang sama menghormati hak-hak orang lain di mana pun juga. Kalau setiap negara tidak melakukan kewajibannya untuk memberi hak yang sama kepada penganut segala keyakinan. Kalau semua itu tidak dilaksanakan maka agama turun derajatnya dan tujuan yang sebenarnya akan tercemar dan terputar balik.
Kalau negeri-negeri asia-afrika tidak sadar akan tanggung jawabnya dalam urusan ini, dan tidak mengambil tindakan bersama untuk memenuhinya, maka kekuatan kepercayaan keagamaan yang sedianya menjadi sumber persatuan dan benteng terhadap campur tangan asing justru akan menyebabkan perpecahan, dan dapat mengakibatkan hancurnya kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah oleh bagian-bagian Asia dan Afrika yang telah bertindak bersama-sama.
Megawati pun memberi tanggapan soal pidato ayahnya ini. Berkaca dari pidato tersebut, dirinya merasa sedih atas kondisi yang terjadi di kawasan Asia dan Afrika saat ini, di mana masih terjadi peperangan dan konflik antar negara.
"Intermezzo, betapa teririsnya saya kalau melihat saat ini terjadi perpecahan dan konflik misalnya di Timur Tengah. Bagaimana Irak, Suriah, Yaman, di Afrika, Tunisia, Mesir, Sudan, Nigeria, Somalia. Saudara-saudara, Indonesia adalah Asia-Afrika dalam bentuk kecil, negeri yang mempunyai berbagai-bagai agama dan keyakinan," katanya.
Sementara itu, di Indonesia, juga diisi dengan keberagaman. Berbagai suku dan agama hidup di Indonesia.
"Tetapi syukur kepada Allah, kami mempunyai kemauan bersatu. Kami mempunyai Pancasila. Kami mengamalkan prinsip hidup dan membiarkan hidup," katanya.
Dia juga menjelaskan, maksud dari pidato Bung Karno tersebut adalah hidup itu adalah memberikan kedidupan.
"Maksud Bung Karno itu di sini bahwa kalau kita diri kita ingin hidup maka, harus diperkenankan kepada orang banyak siapapun dia untuk juga bisa hidup. Itu yang beliau katakan 'hidup dan membiarkan hidup'. Kami bersikap saling mengutamakan toleransi antara satu sama lain, Bhinneka Tunggal Ika, persatuan dalam kemacamragaman adalah semboyan negara Indonesia. Kami Indonesia adalah satu bangsa," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar