Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, memperingatkan, program senjata nuklir Korea Utara menimbulkan "ancaman serius" terhadap Australia kecuali program itu dihentikan oleh masyarakat internasional.
Uji coba rudal gagal yang dilakukan negara tertutup itu pada akhir pekan lalu telah meningkatkan ketegangan di kawasan. Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Mike Pence, menyatakan bahwa "periode kesabaran yang strategis" telah berakhir.
Menlu Bishop mendukung perubahan strategi AS dan mengatakan, semua pilihan dipertimbangkan, termasuk aksi militer.
"Pemerintahan Trump akan mencari cara-cara baru dan kreatif untuk memenuhi tantangan Korea Utara," kata Menlu Bishop.
Duta Besar Korea Utara untuk PBB telah memperingatkan bahwa perang nuklir bisa terjadi kapanpun, menuduh AS sebagai pihak yang mengubah Semenanjung Korea menjadi "tempat pertempuran politik terbesar dunia".
Korea Utara melakukan dua uji coba nuklir dan 24 tes rudal balistik tahun lalu, menentang enam resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang uji coba apapun. Negara tertutup ini juga telah melakukan uji coba rudal tambahan tahun ini, termasuk salah satunya uji coba pekan lalu yang gagal.
JulieBishop, yang mengunjungi Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) pada bulan Februari lalu, mengatakan, China bisa berbuat lebih banyak dalam hal ketegangan yang melingkupi Korea Utara.
Facebook: Julie Bishop
Menlu Bishop membela pesan terang-terangan berbunyi 'Mereka harus menurut' yang disampaikan Presiden AS Donald Trump kepada pemimpin Korea Utara setelah uji coba rudal yang gagal pada hari Minggu (16/4/2017).
"Korea Utara meningkatkan dengan cepat ancaman yang disebar negara mereka terhadap kawasan dan perdamaian global, sehingga meningkatnya ketegangan apapun sepenuhnya terjadi karena perilaku provokatif Korea Utara," kata Menlu Bishop.
Ia mengatakan, Korea Utara berpotensi menyerang Australia jika program rudalnya diizinkan untuk terus berlanjut.
"Korea Utara berada di jalur untuk menggapai kemampuan senjata nuklir dan kami percaya Kim Jong-un memiliki ambisi yang jelas untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua yang mampu membawa muatan nuklir sejauh AS," jelasnya.
"Itu berarti Australia akan berada dalam jangkauan sehingga -kecuali dicegah -hal itu akan menjadi ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas kawasan kami dan itu tak bisa diterima," sebut Menlu Bishop.
AS ubah pendekatan terhadap Korut
Menlu Bishop mengatakan, pemerintahan Trump akan memprioritaskan pilihan "kreatif" untuk menghentikan program nuklir dan rudal Korea Utara, menandakan adanya perubahan pendekatan dari yang dilakukan mantan Presiden Barack Obama.
"Korea Utara harus dicegah dari melakukan tes lebih lanjut tetapi hal ini bisa dilakukan dengan banyak cara," kata Menlu Bishop.
Ia menerangkan, "Pemerintahan Trump telah menolak secara eksplisit pendekatan kesabaran strategis Presiden Obama karena itu menimbulkan jalan buntu, yang justru membuat program rudal dan nuklir ilegal Korea Utara dipercepat," ungkapnya.
AS dan Korea Selatan telah mengaktifkan sistem Pertahanan Wilayah Berketinggian Akhir (THAAD), yang mampu mencegat hulu ledak masuk dari Korea Utara.
"Penerapan sistem pertahanan seperti itu mencerminkan aliansi pertahanan dan keamanan yang kuat antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dan merupakan respon langsung terhadap ancaman Korea Utara," ujar Menlu Bishop.
AS juga telah mengalihkan unit tempur angkatan laut-nya menuju Semenanjung Korea sebagai unjuk kekuatan sesaat sebelum serangan rudal dilakukan.
"Kami tentu mendukung hak sekutu dan teman-teman kami untuk memastikan bahwa kepentingan mereka dilindungi dan warga negara mereka dibela dari serangan apapun yang mungkin terjadi," kata Menlu Bishop.
China dinilai bisa berbuat lebih
Menteri Luar Negeri Bishop mengulang desakan Perdana Menteri Malcolm Turnbull terhadap China untuk meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Korea Utara.
China adalah salah satu dari sedikit sekutu Korea Utara dan berkontribusi terhadap tiga perempat dari ekspor mereka serta hampir semua investasi langsung dan di dalam negeri.
"Sangat penting bagi China untuk menyadari bahwa bukan kepentingan mereka untuk memenuhi keinginan Korea Utara dan China memiliki pengaruh atas Korea Utara yang begitu unik dan mungkin menentukan," kata Menlu Bishop.
Ia menerangkan, "Kami mendukung AS untuk menekan bank-bank China demi memastikan bahwa para elit di Korea Utara tak bisa terus menjalani hidup nyaman yang mereka jalani saat ini sementara warga Korea Utara menderita."
Akhir tahun lalu, China -yang diyakini menjadi satu-satunya negara yang membeli batubara dari Korea Utara -mengumumkan bahwa negaranya akan memangkas impor mereka sejalan dengan sanksi internasional yang diberlakukan setelah uji coba rudal balistik.
"Kami percaya bahwa China bisa berbuat lebih banyak dalam hal sanksi dan upaya ekonomi lainnya," kata Menlu Bishop.
Diterbitkan: 16:15 WIB 18/04/2017 oleh Nurina Savitri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar