Jakarta - Konflik di Suriah belum juga berhenti dan malah memasuki babak baru yakni serangan rudal AS ke pangkalan udara Al Shayrat. Indonesia mendesak PBB untuk segera menyelesaikan konflik Suriah.
"Indonesia mendesak PBB untuk segera menyelesaikan konflik di Suriah," ujar Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir dalam perbincangan, Minggu (9/4/2017).
Selain itu, Indonesia juga mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah. Seperti diketahui, pekan lalu gas sarin dihembuskan ke udara oleh pihak tak bertanggung jawab. Lebih dari 80 warga dan anak-anak Suriah tewas mengenaskan akibat gas mematikan tersebut.
Amerika Serikat meyakini gas sarin itu dilepas oleh agen pemerintah Suriah melalui pangkalan udara Al Shayrat. Presiden AS Doland Trump kemudian memerintahkan serangan terukur ke pangkalan Al Shayrat. Lima orang dilaporkan tewas akibat serangan rudal ini.
Serangan AS ini dilakukan tanpa persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Banyak pihak yang mengecam serangan ini, meski tak sedikit pula yang mendukungnya.
Terkait dengan serangan AS ini, Arrmanatha mengatakan Indonesia prihatin. Hal itu tak lepas dari tidak adanya persetujuan dari PBB.
"Posisi Indonesia terkait dengan aksi unilateral, selalu prihatin dengan tindakan unilateral yang tidak disetujui oleh dewan keamanan PBB. Kita tidak menolak, tidak melarang, tidak pula mendukung, tapi kita prihatin," ujar pria yang akrab disapa Tata ini.
Tata menyatakan, Indonesia berbeda pihak dengan negara-negara yang mendukung penuh aksi AS maupun negara yang mengecam aksi negeri Paman Sam tersebut.
"Kalau kita dikubukan dengan Suriah, Rusia, Iran yang jelas-jelas condemn, saya kira tidak tepat ya. Karena kita prihatin terhadap ini. Dan ini prihatin oleh siapapun, sama seperti yang kita lakukan waktu Israel dulu menyerang," kata Tata.
Untuk penyelesaian konflik Suriah, Indonesia mendorong dikepankannya proses dialog.
"Indonesia mendorong dialog dan proses politik yang inklusif untuk menyelesaikan krisis Suriah," kata Tata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar