Sabtu, 01 April 2017

Kisah Pilu Ismiatun Gagal Selamatkan Tiga Anggota Keluarganya

Ponorogo - Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menyimpan kesediahan mendalam bagi Ismiatun. Dia mengaku gagal menyelamatkan tiga anggota keluarganya. 

Ditemui detikcom di lokasi pengungsian di rumah kepala desa setempat, Ismiatun menceritakan kisahnya. Sabtu (1/4/2017) pagi ia menjalankan rutinitas sebagai ibu rumah tangga, mulai dari memasak hingga membersihkan rumah. 

Saat itu di dalam rumah terdapat empat orang, yakni anaknya Iwan Danang Suwandi (27), ibu mertua Katemi (70) serta salah satu kerabatnya, Cikrak (80). Sedangkan sang suami, Kateni sudah berangkat kerja. 

"Ketika itu saya baru saja mengambilkan nasi untuk ibu dan bude (bibi), kemudian saat mau ambil piring untuk saya sendiri, tiba-tiba terdengar suara gemuruh mirip pesawat terbang," katanya. 

Wanita yang akrab disapa Ismi ini langsung keluar rumah mengecek asal suara. Saat itulah ia mengetahui terjadi longsor berskala besar di sekitar rumahnya. Secara reflek Ismiatun kembali ke rumah berusaha menyelamatkan ibu dan bibinya dengan cara ditarik keluar rumah menggunakan kedua tangannya. 

Namun usaha itu tidak berhasil, pegangan tangan ibu dan kerabatnya rlepas dan akhirnya keduanya tertimbun tanah longsor. Istri Kateni ini kemudian berlari mencari anaknya yang tengah tertidur di dalam kamar.

"Sebelum masuk, rumah kami sudah ambruk total tertimpa longsor, saya pun akhirnya lari untuk menyelamatkan diri dengan berbaring di tanah lapang yang jauh dari rumah," ujarnya. 

Suami Kateni ini mengaku sama sekali tidak menyangka bencana alam sebesar itu akan terjadi di desanya dan merenggut nyawa anak serta kedua keluarganya. Saat ini pihaknya masih menunggu tim SAR gabungan untuk melakukan proses pencarian.

"Rumah kami habis dan ketiga anggota keluarga juga masih tertimbun di dalam reruntuhan longsor," tuturnya. 

Ismiatun menambahkan, selama 20 hari terakhir, keluarganya selalu mengungsi ke rumah warga lain yang dinilai lebih aman. Namun pada malam kejadian sang anak justru tidak mengungsi dan memilih tidur di dalam rumah. 

"Sebelumnya Iwan sempat keluar rumah dan saat diminta tidur di rumah temannya tidak mau dan memilih untuk pulang. Kebiasaan anak saya kalau jam 8 pagi masih tidur, tadi sempat saya bangunkan agar sarapan, tapi tidak mau," kisah Ismi. 

Saat ini Ismiatun dan suaminya Kateni untuk sementara mengungsi di rumah Kepala Desa Banaran, Sarnu, bersama belasan pengungsi lainnya. Pihaknya berharap, jasad keluarganya bisa segera ditemukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar