Ankara - Turki akan menggelar referendum konstitusi untuk memperluas kekuasaan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 16 April. Erdogan menyerukan agar warga Turki menggunakan hak suaranya dalam referendum.
Sedangkan para politikus Turki berjuang hingga ke saat-saat akhir untuk menggerakkan para pemilih yang belum menentukan pilihan. Seperti dilansir AFP, Sabtu (15/4/2017), kampanye untuk kubu 'Iya' maupun 'Tidak' harus diakhiri pukul 15.00 GMT atau Sabtu (15/4) sore waktu Turki.
Para pengamat menyebut hasil referendum yang akan digelar Minggu (16/4) besok akan membentuk sistem politik Turki di masa depan.
Jika referendum konstitusi itu diloloskan, maka sistem kepresidenan yang baru akan mengguncang dunia politik Turki dengan cara paling radikal sejak runtuhnya Kekaisaran Ottoman. Nantinya, kantor Perdana Menteri Turki akan dihilangkan dan seluruh kekuasaan eksekutif akan dipusatkan di bawah Presiden Turki.
Baca juga: Perempuan yang 'Menantang' Presiden Erdogan
Dalam wawancara dengan televisi nasional TRT, Erdogan menyatakan diri yakin menang dalam referendum itu. Erdogan menyebut kubu 'Iya' akan meraup suara antara 55-60 persen. "Pada Minggu (16/4), saya pikir akan ada hasil yang sangat jelas dalam mendukung (kubu) 'Iya'," tegasnya.
Berbagai jajak pendapat menjelang referendum menunjukkan hasil berbeda-beda secara drastis untuk kedua kubu. Namun Partai Pembangunan dan Keadilan Turki atau AKP yang kini berkuasa dan juga istana kepresidenan Turki merasa yakin dengan polling yang digelar secara internal.
Draf untuk amandemen konstitusi Turki ini diajukan oleh AKP bersama sekutunya, Partai Pergerakan Nasionalis (MHP). Jika draf amandemen konstitusi itu disetujui, maka sistem parlementer yang dianut Turki akan berubah menjadi sistem presidensial.
Kepada rakyat Turki, Erdogan menyerukan agar mereka menggunakan hak suaranya dalam referendum. "Insya Allah, negara ini akan menggelar perayaan besok malam. Besok adalah hari yang sangat penting, Anda tentu akan pergi ke tempat pemungutan suara dan menggunakan suara Anda," seru Erdogan.
Baca juga: Jerman Selidiki 20 Warga Turki Terkait Dugaan Spionase
Sementara itu, kubu 'Tidak' yang dipimpin kelompok oposisi dari Partai Rakyat Republik (CHP) memperingatkan referendum akan menjadi momen bagi Turki untuk menentukan sistem politik masa depan.
"Ini memutuskan apakah kita ingin melanjutkan sistem parlementer demokratik atau kepemimpinan satu orang," tegas pemimpin CHP, Kemal Kilicdaroglu, saat berbicara di Ankara menjelang referendum. Kilicdaroglu mengibaratkan sistem politik baru sebagai 'bus tanpa rem yang tujuannya tidak jelas'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar