Jumat, 14 April 2017

Listrik Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Antara Byar-pet dan Gelap

Atambua - Malam-malam di Atambua Ibu Kota Kabupaten Belu, saat berbincang santai dengan rekan-rekan, ruangan terang benderang tiba-tiba menjadi gelap. Hanya kami orang-orang dari Jakarta yang terkejut dan bersuara kencang seketika listrik mati. Beberapa orang lain yang merupakan penduduk di sini tak bersuara.

Mereka tak bersuara karena memang listrik byar-pet bukanlah fenomena langka. Ini hal yang biasa mereka alami, tak ada yang baru. Beberapa hari kemudian kami merasakan sendiri, memang listrik di sini cukup sering hidup-mati, hidup-mati, hidup-mati.

Listrik Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Antara Byar-pet dan GelapKantor Kabupaten Belu di Atambua (Danu Damarjati/detikcom)


Ini di Atambua, kondisinya akan jauh lebih buruk bila pergi ke pelosok desa. Kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste ini masih mempunyai desa-desa tanpa setrum negara. 

"Kami hanya ada lima desa yang Ibu Kotanya belum terjangkau listrik," kata Wakil Bupati Belu JT Ose Luan kepada detikcom di Kantornya, Jl Basuki Rahmat, Atambua, Nusa Tenggara Timur, Rabu (29/3/2017).

Bahkan ada satu kecamatan yang ibu kotanya sama sekali tidak ada listrik. Namanya Kecamatan Raimanuk. Lima desa di Raimanuk yang masih gelap gulita yakni Desa Faturika, Mandeu Raimanus, dan Renrua.

Di Kecamatan Tasifeto Barat ada Desa Lawalu Tolus tak teraliri listrik PLN. Di Kecamatan Nanaet Duabesi, ada Desa Duabesi yang bernasib serupa. Semuanya menantikan cahaya dari negara.

"Dengan dusun-dusun itu kan tinggal perluasan saja di tiga kecamatan," kata Ose Luan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar