Sabtu, 18 Maret 2017

Analisis Menanti Sepak Terjang Elia Massa, Nahkoda Baru Pertamina

JakartaCNN Indonesia -- Nama Elia Massa Manik, menjadi sorotan sepanjang pekan ini menyusul keputusan pemerintah mengangkatnya sebagai nahkoda salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nilai aset terbesar di Indonesia, PT Pertamina (Persero).

Kementerian BUMN sebagai representasi pemegang saham melihat, kepemimpinan dan rekam jejak menjadi landasan utama terpilihnya Elia Massa sebagai Direktur Utama Pertamina. Apalagi, menurut pemerintah, kepemimpinan mutlak dibutuhkan karena Pertamina merupakan BUMN yang sangat strategis.

Elia Massa sendiri berjanji tidak akan menciptakan konflik kepentingan selama masa kepemimpinannya. Karena jika itu dilakukannya, maka ia merasa telah mencoreng rekam jejaknya sendiri.

"Kalau ditanya, saya tidak berafiliasi dengan partai apa pun. Bagi yang sudah tahu track record saya, saya memang dari dulu profesional. Saya kira komitmen itu saya pegang, dan saya pun tidak suka menumpang hidup dari perusahaan bagus seperti Pertamina. Kalau saya melenceng, silahkan ditegur. Kalau perlu (saya) dipecat saja," jelasnya.

Menanti Sepak Terjang Elia Massa, Nahkoda Baru Pertamina(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).


Terlebih, saat ini Pertamina memiliki segudang pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Salah satu yang utama adalah pembangunan perbaikan kompleksitas dan kapasitas empat kilang milik perusahaan dan tambahan dua kilang baru yang rencananya terletak di Bontang dan Tuban.

Pasalnya, proyek infrastruktur minyak dan gas bumi itu krusial agar Indonesia tidak terus menggantungkan pemenuhan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)-nya lewat impor. 

Selain itu, Elia Massa juga setidaknya perlu menyamai kinerja Dwi dari sisi kinerja keuangan. Apalagi, Pertamina baru saja membuat torehan cemerlang dengan membukukan pertumbuhan laba sebesar 121 persen di tahun lalu. Selain itu, performa finansial memang perlu mumpuni karena dibutuhkan kocek US$121 miliar untuk mengurus Pertamina hingga tahun 2025.

Komisaris Utama Tanri Abeng mengatakan, struktur dan strategi perusahaan sudah tertata dengan rapi. Sehingga menurutnya, tinggal dibutuhkan sikap kepemimpinan yang kuat agar program-program yang ada bisa dieksekusi dengan apik.

"Kerjasama tim masih perlu dilakukan pembenahan. Dengan kapasitas yang dimiliki beliau, kami yakin Pertamina bisa mengeksekusi programnya dengan baik," ujar Tanri.

Holding BUMN Energi

Di samping itu, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Konstruksi dan Jasa Lain Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan bahwa aspek kepemimpinan sangat dibutuhkan karena Pertamina akan memimping holding BUMN sektor energi. Ia percaya Elia Massa bisa mengembang tugasnya setelah terbukti bisa memimpin PTPN III yang juga merupakan holding BUMN.

"Saya rasa sudah otomatis pemimpin Pertamina nantinya memimpin holding BUMN energi. Dia punya leadership membangun perusahaan dan punya latar belakang sebagai Chief Executive Officer (CEO)," katanya.

Kendati demikian, sikap kritis masih ditunjukkan oleh pemerhati sektor energi. Direktur Eksekutif Indonesia Resource Studies (IRESS) Marwan Batubara menuturkan, bos baru Pertamina seharusnya sudah berpengalaman mengatur perusahaan yang besar mengingat struktur korporasi Pertamina sudah cukup kompleks.

Kendati demikian, rekam jejak yang cemerlang bisa menjadi modal Elia Massa untuk menjadi komando BUMN tersebut.

"Pertamina punya reputasi baik, sehingga harus pilih pemimpin yang kelas kakap juga. Selain itu, jangan sampai pemimpinnya punya prestasi yang jeblok dalam memimpin perusahaan sebelumnya," tuturnya.

Sementara itu, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kurtubi mengatakan, Pertamina memiliki tugas besar untuk mengamankan kedaulatan energi nasional. Utamanya, tentu membangun kilang minyak baru setidaknya dalam 10 tahun ke depan. Pasalnya, menurut Kurtubi, impor BBM dengan porsi 60 persen dari kebutuhan nasional dianggap mengkhawatirkan.

Menanti Sepak Terjang Elia Massa, Nahkoda Baru PertaminaPembangunan kilang, menjadi salah satu pekerjaan besar Elia Massa Manik bersama Pertamina. (CNN Indonesia/Safir Makki)


Ia juga meminta Elia Massa untuk menambah kilang minyak baru di Indonesia Timur dan Kepulauan Nusa Tenggara agar harga BBM bisa lebih efisien. Menurut Politikus Partai Nasional Demokrat, impor BBM adalah kesalahan selama puluhan tahun. Ini disebabkan karena mereka tidak pernah bangun kilang baru. Tapi, kilangnya harus efisien, yaitu dekat dengan konsumen. 

“Maka dari itu, saran kami ke Dirut baru Pertamina adalah membangun kilang di Pulau Lombok atau meningkatkan kapasitas kilang Kasim di Papua Barat agar harga BBM di wilayah tersebut bisa lebih efisien," tutur Kurtubi.

Selain itu menurutnya, rekam jejak dan sikap kepemimpinan yang baik tak cukup mengantar Pertamina mencapai hal tersebut. Menurutnya, dibutuhkan pemahaman yang kuat mengenai sektor energi agar tujuan itu bisa tercapai. Terlebih, latar belakang pendidikan Elia Massa bukanlah di bidang perminyakan.

"Kalau dia mampu kerja keras dan timnya kompak, ya bisa saja. Tapi kalau tidak kerja keras akan sulit. Apalagi, pendidikannya bukan perminyakan," terangnya.

Pertamina sudah mendeklarasikan diri sebagai perusahaan berkelas internasional. Maka dari itu, sudah sepatutnya seluruh program kerja yang direncanakan bisa dilaksanakan secara tepat waktu.

Sayangnya, seluruh program besar Pertamina harus bisa dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 tahun. Sehingga, kepemimpinan dan rekam jejak saja tidak cukup. Kedua hal itu seharusnya diimbangi dengan pemahaman bisnis dan pengetahuan mumpuni ihwal sektor energi.

Oleh karenanya, tak banyak waktu yang dibutuhkan bagi Elia Massa untuk belajar hal-hal baru. Masyarakat memang butuh rekam jejak dan pengalaman bagus, tapi sepak terjang mantan bos PT Perkebunan Nusantara III (Holding) tentu lebih dinantikan publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar