Cuaca Bangkok siang itu berkisar 35 derajat celcius. Hawa yang cukup panas membuat Husain Abdullah harus melepas balutan jas hitamnya dan diletakkan pada lengan kursi sebelah kirinya. Jalan Racha Damri Road yang menghubungkan perempatan Erawan padat dengan antrean kendaraan roda empat angkutan umum, angkutan pribadi, dan kendaraan roda.
Di ujung kanan perempatan Erawan yang juga bersebelahan dengan hotel tempat kami menginap, berdiri kuil Erawan yang ramai dikunjungi masyarakat lokal dan mancanegara. Di kuil ini, warga ramai duduk bersimpuh, sedikit membungkukkan badan, berdoa sambil membakar dupa. Kuil ini juga menjadi saksi bisu sebuah ledakan bom yang terjadi beberapa tahun silam. Bau dupa kuil Erawan diam-diam mengalir ke hotel tempat JK menginap.
"Semua sudah berkumpul kan? Begini ada pesan khusus dari Pak JK buat kalian semua," kata Husain membuka pembicaraan itu.
Tidak biasanya seorang JK memberikan pesan kepada wartawan. Apalagi pesan itu berlabel kata 'khusus'. Pesan khusus bisa saja berisi peringatan, imbauan, atau juga perintah. Husain Abdullah menerangkan dengan singkat keinginan JK agar wartawan dapat melakukan survei dan melihat langsung transportasi publik khususnya MRT, LRT dan Subway di Bangkok.
"Jadi kalian diminta melihat transportasi umum di Bangkok khususnya MRT dan Subway. Nanti Pak JK sendiri akan mengajak kalian berdiskusi setelah kalian melihat langsung ke lapangan," kata Husain.
"Kenapa wartawan? Karena Pak JK percaya kepada wartawan akan memberikan keterangan yang obyektif," lanjut Husain kepada kami.
Permintaan JK kepada wartawan itu benar-benar serius. Kepala Bagian Penerangan KBRI Bangkok Dodo Sudrajat telah diinformasikan soal rencana itu. Seorang staf KBRI Bangkok bernama Sofyan ditugaskannya untuk menemani wartawan untuk melakukan survei soal transportasi massal di negara itu. Sementara itu, Kepala Biro Protokol Setwapres Sapto Harjono Wahjoe Sedjati juga sempat menanyakan soal waktu rencana survei.
"Kalau tidak sore ini, besok pagi, Pak," jawab salah seorang wartawan media online.
Akhirnya si pemberi perintah turun langsung juga menghampiri makanan. Pukul 14.15 WIB, setelah makan siang bersama dengan menu ikan laut dan makanan penutup seperti durian khas Thailand dan buah-buahan segar. JK yang mengenakan dasi hitam, kemeja putih, dan kacamata yang menempel di wajahnya berdiri dari meja makannya. Tangannya dimasukkan ke dalam kantongnya sambil bertanya soal menu makanan dan menghampiri meja makan wartawan yang berada tepat di samping kiri meja makan miliknya.
Sebelum pulang meninggalkan tempat makan yang berslogan 'If it swims we have it' itu, JK memberikan pengarahan singkat soal tugas khusus itu kepada para wartawan sambil berdiri dan setelah memberikan keterangan pers soal kunjungan kerjanya selama di Thailand.
"Jadi, banyak hal yang harus dipelajari. Contoh, kebersihan. Setiap orang punya sapu, angkot bawa sapu, kaki lima diminta membersihkan lima meter sekeliling dia," ujar JK.
Di kota Bangkok, lanjut JK, sistem transportasi publik mengintegrasikan subway dan light train. Indonesia diharapkan segera membangun untuk mengejar ketertinggalan. "Subway dan light train dah sampai 100 km, kita kan baru subway 17 km, light train belum, baru bus saja. Ini harus cepet naik, kalau nggak ya ketinggalan. Dulu ini juara macet," kata JK.
Usai memberikan pengarahan, JK meninggalkan para wartawan yang masih sibuk menyusun rute dan jadwal kapan harus melakukan survei itu. Ketegangannya sedikit bertambah saat mendapatkan kabar JK juga akan ikut langsung melakukan survei bersama-sama wartawan. Ditambah, Husain Abdullah memberitahukan bahwa JK pasti membaca tulisan wartawan-wartawan yang mengikutinya di kantor Wapres.
Siang itu, disepakatilah survei akan dilakukan keesokan paginya, Kamis (23/3). Rutenya adalah MRT dan Subway yang terkoneksi menuju bandara Suvarnabhumi. Keesokan harinya, pukul 09.05 WIB, Kamis (24/3), ruang makan hotel Grand Hyatt Erawan Bangkok, Thailand, sudah ramai dengan delegasi Indonesia yang sedang bersantap pagi. Di meja tengah, JK yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih duduk bersama beberapa staf dan tim ahlinya sambil berbincang. Menu pagi itu adalah nasi goreng, roti, buah, kentang, potongan-potongan daging, dan ayam.
15 Menit kemudian, JK berdiri dan bersiap berangkat menuju government house untuk bertemu dengan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan. Saat JK melintasi meja jurnalis, dia berhenti sejenak. "Jadi kalian lihat MRT hari ini?" tanya JK.
"Pagi ini, Pak," jawab salah seorang wartawan. Dia kemudian mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban itu dan kemudian bersiap pergi menuju kendaraannya.
Pukul 10.00 WIB, kedelapan jurnalis akhirnya sepakat membagi dua rute survei. Rute pertama berangkat dari stasiun Chit Lom Station yang berdekatan dengan kuil Erawan dan akan menuju ke bandara Svarnabhumi. Untuk masuk ke Stasiun Chit Lom cukup dengan menaiki tangga menuju sky bridge yang berhubungan dengan Amrin Building dan hotel Intercontental serta beberapa pusat perbelanjaan seperti Gaysorn. Sky bridge ini memanjang 2 km hingga Central World Plaza.
Tidak ada debu, pedagang asongan, larangan merokok serta beberapa petugas keamanan yang berjaga-jaga di atas sky bridge ini. Di level atas dari sky bridge ini terdapat Sky Train yang menghubungkan beberapa wilayah di kota Bangkok. Seperti halnya Jakarta, pemerintah Bangkok meletakkan ticket machines yang memudahkan masyarakat untuk mengambil tiket. Bedanya, jalur-jalur sky bridge dan sky train terlihat lebih futuristik.
Jika dihitung-hitung jeda waktu antarkereta Bangkok SkyTrain (BTS) ini 2 menit. Rute yang dipilih untuk survei menuju Asoke Station yang juga merupakan stasiun penghubung dengan subway menuju wilayah Phetchaburi Station.
Pukul 13.00 WIB, tugas survei telah selesai. JK yang sedang duduk santai di lobi hotel tiba-tiba memanggil jurnalis dengan isyarat lambain tangan untuk mendekat. "Sini-sini. bagimana? Sudah meninjau jalan?" tanya JK kepada wartawan.
Dialog dengan JK kemudian terjadi soal hasil pengamatan dari jurnalis. Sky Bridge dianggap berhasil memindahkan para pejalan kaki dari trotoar ke jembatan umum. Sky bridge disebut berhasil memadukan konsep pariwisata dan integrasi moda transportasi massal dalam satu tempat. Infastruktur yang dibangun oleh pemerintah Thailand disebut JK memudahkan para wisatawan.
Foto: Taufiq detikcom
|
"Ya ini kan kita sedang membangun jadi supaya ada pembandingnya. Agar orang mengetahui sebenarnya suatu transportasi yang terkoneksi," ujarnya.
Indonesia disebut JK telah tertinggal 20 tahun dalam membangun insfrastruktur transportasi berbasis massa. Bahkan panjang MRT dan LRT yang berada di Bangkok jika digabungkan sejauh 100 km. Hal itu tentunya berbanding terbalik dengan Indonesia yang baru sepanjang 17 km.
"Kalau kita tidak bangun-bangun ya tidak terkejar," kata JK sambil beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar