Jakarta - Pengalaman gelaran putaran pertama Pilgub DKI Jakarta, berita bohong (hoax) tersebar secara massif melalui media sosial. Kedua tim sukses dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno berkomitmen untuk melawan hoax.
"Ya, kami berkomitmen. Kami dari awal, hoax itu tidak hanya pada batas pilkada. Karena hoax itu juga sesat dan menjadi meningkatkan hate speech yang bisa menimbulkan keresahan di publik dan dapat mendorong konflik dalam skala lebih tinggi," kata Jerry Sambuaga yang merupakan timses Ahok-Djarot dalam diskusi di Warung Daun, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (4/3/2017).
Jerry mengatakan masyarakat memiliki beragam respons terhadap hoax yang dapat menjadi bahaya ketika masyarakat tidak menyaring berita yang tersebar. Atas dasar itu, ia meminta adanya ketegasan dan sikap responsif dari aparat penegak hukum supaya pembuat dan penyebar hoax dapat dihukum untuk menimbulkan efek jera.
"Hoax, apapun ini harus ditindaklanjuti dan diproses hukum. Dan kami yakin, tidak cuma paslon, tapi juga masyarakat resah bila hoax terus disebarkan. Maka kami harap aparat lebih responsif dalam menindak penyebaran isu-isu tidak bertanggung jawab," ungkapnya.
Di lokasi yang sama, Yupen Hadi yang merupakan timses dari Anies-Sandi juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, dalam putaran kedua nanti, Anies-Sandi tidak ingin menyerang dan juga diserang dengan hoax.
"Oh iya. Kita komitmennya sama. Kita tidak menyerang dan tidak ingin diserang. Kami dari awal sudah sampaikan sikap yang tegas. Kami dari awal tidak toleran terhadap hoax dan black campaign," ucap Yupen.
Yupen berpendapat hoax ikut mempengaruhi perolehan suara dari setiap paslon. Apalagi hoax yang memang disusun sebagai strategi kampanye.
"Kenapa kita gampang tersulut dari hoax. Karena itu juga bagian dari strategi kampanye. Karena black campaign berdampak pada elektoral. Kedua, banyak sekali dari black campaign menyerang ranah personal," kata Yupen.
"Mas Anies tidak dapat diperlakukan seperti itu. Karena selepas ini, apapun hasilnya dia tetap sebagai seorang individu. Terlepas dia dari paslon, dia tidak dapat diperlakukan sesukanya. Begitu juga Pak Ahok dan Pak Djarot. Mentang-mentang dia maju, tidak dapat diperlakukan sesukanya," imbuhnya.
Pada putaran pertama kemarin, ia mengatakan tim Anies-Sandi sudah mengambil langkah hukum terkait hoax yang menyerang pasangan yang diusung oleh cagub-cawagub nomor urut 3 itu. Mereka berharap aparat penegak hukum dapat menindaklanjuti kasus tersebut.
"Baru-baru ini kita laporkan ke Polda Metro Jaya, itu kan jahat. Dan tidak bisa dibenarkan. Harapan kita itu ditindaklanjuti secara tegas dan benar. Itu orang jangan koar-koar tanpa bukti. Jangan jadi contoh yang buruk bagi pilkada," tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini. Menurutnya peredaran hoax perlu diantisipasi baik oleh penyelenggara maupun dari tim paslon.
"PR kita di putaran kedua masih sama dengan putaran pertama. Soal kampanye, kampanye jahat harus dapat respon cepat yang berkaitan dengan berita bohong. Oleh semua pihak, kedua paslon dan KPU DKI," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar