Selasa, 28 Maret 2017

Yahudi Ortodoks Protes Pemerintah Israel Soal Wajib Militer

Yerusalem - Ribuan orang dari aliran Yahudi Ortodoks menggelar protes di Yerusalem untuk menentang wajib militer. Protes tersebut menimbulkan ketegangan antara warga dengan pemerintah.

Para demonstran mengenakan pakaian dan topi hitam yang menjadi ciri khas warga Yahudi. Mereka juga membawa papan yang bertuliskan "Pemerintah Israel Menganiaya Warga Yahudi".

Para rabi mengutarakan protesnya di tengah polisi yang berjaga ketat di sekitar area. "Lebih baik tertembak daripada pergi menuju wajib militer," ujar salah seorang pendemo Aaron Roth (45) seperti dikutip dari AFP, Rabu (29/2/2017).

Protes tersebut diadakan oleh aliran Yahudi Ortodoks yang menolak adanya negara Israel. Wajib militer diwajibkan pada kebanyakan warga Yahudi di Israel.

Wajib militer berlaku selama dua tahun dan delapan bulan untuk laki-laki. Sementara wanita wajib menjalaninya selama dua tahun

Yahudi Ortodoks mewakili sekitar 10 persen dari populasi warga Israel. Mereka hidup dengan melaksanakan aturan hukum Yahudi dengan intepretasi yang sangat ketat. Mereka berpendapat bahwa wajib militer akan menjauhkan pemuda Yahudi dari beribadah dan belajar mengenai agama.

Namun, para warga Yahudi Ortodoks membebaskan apabila wajib militer tetap mewajibkan pemuda belajar agama. Meskipun hal tersebut menjadi isu yang sangat kontroversial bagi sebagaia warga Israel yang sekuler.

Banyak di antara warga Yahudi Ortodoks yang tetap mendaftarkan diri ke wajib militer. Namun, di antara mereka banyak yang menolak bekerja sama dengan pemerintah dan dikeluarkan dari wajib militer.

Bulan lalu, banyak dari pendemo yang ditangkap. Pada Senin lalu, polisi juga menangkap 22 warga Yahudi Ortodoks terkait kasus dugaan pelecehan seksual.

Beberapa warga Yahudi Ortodoks juga terlibat dalam dunia politik. Mereka mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam pemerintahan. Beberapa dari seringkali mempengaruhi kebijakan pemerintahan karena juga menjalin koalisi dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar